Kolommedia.com – Belakangan ini ada sebuah video yang sedang viral di jagat maya dari sebuah akun tiktok @ang******ya yang berisi keluhannya mengenai hasil wawancara kerjanya dengan calon pelamar yang ia sebut gen Z.
Dalam video tersebut ia mengeluhkan mengenai calon pelamar yang menanyakan, apakah dari tempat kerja disediakan mess atau tidak. Tapi ternyata respon yang ia berikan adalah
“Lo butuh kerja atau butuh tempat tinggal ?”
Selain itu juga perihal gen Z yang dinilai pilih-pilih kerja karena tidak mau bekerja menjadi sales dan meminta untuk bekerja di back office.
Video ini tentu menoreh pro kontra diberbagai platform media sosial mulai dari tiktok, Instagram, hingga media sosial X, yang membuat genz , membanjiri hujatan pada akun dari orang yang mengunggah video tersebut .
Apa sih Gen Z itu ?
Generasi Zoomer atau yang biasa disebut Gen Z adalah sebutan untuk generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini adalah generasi pertama yang lahir dan tumbuh saat dunia sepenuhnya telah memasuki era digital dimana perkembangan teknologi modern tentu menjadi bagian dalam hidup mereka sendiri.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterbitkan pada Februari 2023 lalu, jumlah gen Z di Indonesia adalah sekitar 60 juta jiwa atau sekitar 22% dari total populasi Indonesia. Mengingat usia Gen Z yang kini sudah mulai memasuki usia produktif bekerja, hal ini pasti berpengaruh pada potensi untuk membentuk arah masa depan negara.
Apakah benar Gen Z malas bekerja?
Dengan segala kemudahan yang sudah dirasakan sejak dini, menjadikan Gen Z merasakan kehidupan yang serba instan dan nyaman. Dengan hanya perlu sekali ‘klik’ segala hal menjadi cepat tanpa perlu menguras tenaga dan otak.
Hal ini lah yang menjadikan segelintir generasi ini kerap bekerja dalam durasi masa kerja yang singkat dan cenderung berpindah-pindah dikarenakan tidak terbiasanya dengan rutinitas di tempat kerja. Bahkan studi Deloitte menemukan, 75 persen Gen Z lebih memilih pola kerja hybrid atau jarak jauh.
Seperti dilansir Forbes, ada sejumlah alasan Gen Z ketika memilih tempat kerja mereka yaitu keseimbangan kerja/hidup yang baik (32 persen), diikuti oleh kesempatan belajar dan berkembang (29 persen), dan gaji yang bagus (24 persen).
Lantas apakah data tersebut cukup untuk menyebut bahwa generasi Gen Z adalah pemalas? Tentu hal tersebut belum bisa dikatakan pasti. Jika Sebagian Gen Z memiliki pola pikir yang hanya mau cepat dan instan, justru bagi segelintir gen Z hal itu menjadikan mereka menjadi pribadi yang mampu menerapkan kerja cerdas, ketimbang kerja keras.
Dengan segala kepahaman mereka mengenai teknologi yang sudah berkembang, mereka akan lebih mampu lebih mudah memperkaya wawasan dan kompetensi diri untuk lebih efisien. Dan harus kita akui bahwa zaman yang kini semakin modern tidak lagi sama seperti zaman sebelum era modern.
Pengaruh Covid-19 pada perilaku Gen Z.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, pada masa muda disaat waktunya mereka belajar mengenai dunia kerja. Masa produktif Gen Z justru dimulai dengan munculnya pandemi Covid-19 . Hal inilah yang menjadi salah satu alasan adanya sifat kurang bersemangat dan tidak termotivasi. Berkaca pada keadaan yang terjadi selama pandemi, dimana seluruh pekerjaan dilakukan dirumah, tidak boleh beraktifitas diluar, tentu sangat berbanding terbalik dengan mereka yang tumbuh diluar waktu pandemi.
Perlu digaris bawahi bahwa penilaian secara generalisir dengan hanya mengacu pada beberapa individu tertentu tentu bukan hal yang benar untuk dilakukan. Nyatanya masih banyak keunggulan Gen Z yang harus kita akui adanya. Mulai dari kemampuan dalam mengikuti perkembangan perangkat dan peranti yang ada, hingga kemudahan informasi yang mereka dapatkan.
Harapan yang dapat disampaikan ialah sebagai pribadi yang baik, kita mampu saling bekerja sama dalam membangun negara ke arah yang lebih baik pula tanpa harus menjatuhkan dan berlomba-lomba untuk terlihat lebih baik.
(Mei).